{[['']]}
Kajian terbaru yang dilakukan oleh Mehdi Tahiri dari McGill University ini menunjukkan bahwa sebagian orang yang ingin berhenti merokok bisa mendapatkan manfaat dari akupunktur dan hipnosis. Kajian tersebut mencakup 14 hasil riset internasional.
Secara umum, standar terapi untuk berhenti merokok tetap mencakup terapi sulih nikotin (nicotine-replacement therapy), obat-obatan dan konseling perilaku. Baru kalau terapi tersebut tidak berhasil, maka dibutuhkan terapi alternatif sebagai penunjang. "Tidak semua orang suka obat-obatan. Karena itu saya pikir kami harus merekomendasikan akupunktur dan hipnosis sebagai pilihan," tulis Tahiri dalam American Journal of Medicine, seperti dikutip dari Reuters, Senin (7/5/2012).
Hanya saja hasil penelitian selama ini masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Bagi sebagian orang, kedua jenis terapi ini cukup berhasil namun pada sebagian yang lain tidak terlalu bermanfaat dibandingkan yang hanya menggunakan terapi standar.
Sebagai contoh, sebuah studi tahun 2008 menunjukkan bahwa terapi akupunktur menggunakan laser cukup berhasil menghentikan kebiasaan merokok. Dari 258 orang perokok, 55 persen berhenti merokok setelah diterapi sedangkan yang tidak diterapi hanya 4 persen yang berhenti merokok.
Namun menurut penelitian tahun 2007, akupunktur dengan menusukkan jarum di telinga tidak cukup sukses menghentikan kebiasaan merokok. Hanya 9 persen yang berhenti merokok dalam 6 bulan berikutnya, tidak beda jauh angkanya dari yang tidak diterapi yakni 6 persen.
Sama halnya dengan hipnosis, keberhasilan terapi ini juga sebenarnya tidak konsisten dalam beberapa penelitian. Dari 2 penelitian yang dikaji, hanya sekitar 20-45 persen partisipan yang berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya dalam waktu 6 bulan.
Meski demikian, bukan berarti kedua jenis terapi ini tidak bermanfaat sama sekali. Hanya saja untuk dijadikan terapi standar, masih ada beberapa hal yang harus ditentukan seperti teknik apa yang memberikan hasil terbaik dan juga berapa sesi yang dibutuhkan.
www.kompas.com