{[['']]}
Di balik kelezatannya, piza dianggap sebagai salah satu penyebab penyakit degeneratif. Padahal, anggapan negatif itu dapat dihilangkan bila kita mengonsumsinya secara benar. Piza juga kaya zat gizi dan antioksidan.Ketika fast food (makanan cepat saji) muncul menjadi suatu ikon dari era modernisasi, piza pun tak ketinggalan meramaikan persaingan jenis makanan itu di Indonesia. Roti bundar ini tak jarang menjadi pilihan sebagai makanan yang mengenyangkan ataupun sekadar pelengkap saat ngobrol santai pada masyarakat perkotaan. Piza memang memberikan banyak variasi rasa yang membuat jutaan konsumen selalu tergiur untuk menikmatinya.
DI negara asalnya, Italia, piza dinikmati oleh penduduknya sebagai makanan harian, seperti halnya makanan pasta lain, yaitu spageti, lasagna, dan makaroni. Keberadaan piza di Italia begitu populer, sehingga ribuan orang menikmatinya setiap hari.Demikian populernya sehingga piza pun mulai dinikmati di negara-negara Eropa lainnya, yang kemudian menyebar ke Amerika.
Keranjingan piza tidak hanya terjadi di belahan dunia Barat, tetapi juga sudah mewabah ke belahan Timur, termasuk di Indonesia.Banyak yang berpendapat bahwa makanan cepat saji tergolong sebagai makanan kurang sehat. Hal tersebut tidaklah benar karena sesungguhnya tidak ada makanan yang buruk (bad food). Semua makanan pada dasarnya adalah baik, tergantung pada bagaimana cara kita mengonsumsinya. Sepanjang dikonsumsi dengan penuh pertimbangan dan tidak menyimpang dari konsep gizi seimbang, apa pun jenis makanan akan selalu bermanfaat baik bagi tubuh.
Perjalanan Panjang Sejarah makanan bundar ini memang tidaklah singkat, perjalanannya sudah dimulai sejak zaman Yunani Kuno, yaitu ketika bangsa tersebut terbiasa memakan panggangan adonan roti datar yang diberi topping. Adonan panggang ini disebut plankuntos, yang dipercaya merupakan tradisi turunan dari masa Babilonia.Pada abad ke-16, bangsa Spanyol memperkenalkan tomat dari Meksiko dan Peru kepada bangsa Italia. Sejak saat itu penggunaan tomat sebagai bahan topping pun dimulai. Keju mozarella yang sudah dimulai pembuatannya dari abad ke-7 oleh bangsa Indian, kemudian mulai dipakai sebagai topping pada abad ke-18 di Italia.
Perkembangan piza yang paling pesat terjadi di daerah Naples, Italia. Piza menjadi suatu ikon fast food pada zaman abad ke-19. Awalnya piza merupakan masakan rumahan, yang akhirnya berkembang luas setelah penggunaan oven mulai populer.Awalnya piza hanyalah makanan rakyat biasa yang tidak diakui oleh kaum aristokrat ataupun para bangsawan. Namun, hal ini berubah sejak tahun 1889, ketika seseorang yang bernama Rafaele Esposito berhasil membuat piza untuk Raja Umberto I dan Ratu Margherita yang berkunjung ke toko piza yang dikelolanya. Sejak saat itulah piza mulai menarik perhatian kaum aristokrat, sehingga menjadi kian populer.Sampai saat ini piza dengan sebutan piza Margherita ini masih menjadi salah satu jenis piza yang digemari penduduk dunia menandingi piza Neapolitan, yang terkenal karena menggunakan bahan-bahan segar alami.Piza mulai menjadi komersial ketika pizzeria (restoran piza) pertama kali muncul di tahun 1830, yaitu Antica Pizzeria Port'Alba. Daya tarik dari pizzeria ini adalah hangatnya udara di dalam ruangan yang berasal dari penggunaan oven di dapur.
Daya tarik lainnya berasal dari atraksi para pembuat piza (disebut pizzaioli) dalam membuat adonan dan memasak piza.Masuknya piza ke Amerika Serikat dipelopori oleh seorang imigran Italia bernama Gennaro Lombardi. Ia memulai usaha pizzeria pertama kali di New York pada tahun 1895.
Pada era modern ini piza sudah ada di seluruh belahan dunia, bahkan di setiap negara memiliki restoran piza dengan keunikan tersendiri. Budaya di tiap negara memengaruhi perkembangan resep piza, sehingga keunikannya semakin beragam. Makanan yang Padat GiziPiza merupakan sebuah roti yang dipanggang di oven dengan bentuk bulat yang permukaan atasnya dilapisi saus tomat dan keju dengan tambahan topping beragam. Jenis topping yang digunakan antara lain berupa sayuran, daging, seafood, jamur, dan berbagai macam bumbu tambahan.Adonan roti digunakan untuk membuat piza tawar (plain pizza). Terkadang ke dalam adonan tersebut sering ditambahkan mentega, bawang, ataupun rempah-rempah untuk memperkaya cita rasanya.
Variasi lainnya adalah piza yang tidak menggunakan saus tomat. Piza seperti ini biasanya berwarna putih, sehingga dijuluki white pizza. Terkadang untuk menggantikan peran saus tomat digunakan saus yang terbuat dari bayam ataupun bawang.Piza yang baru saja keluar dari oven memang hangat dan lezat untuk segera disantap. Piza menjadi menu favorit untuk makan siang ataupun makan malam.
Namun, tak jarang orang menyantap piza sekadar untuk mengganjal perut sebagai snack teman berbagi cerita dan ngobrol.Secara umum, kandungan gizi piza dipengaruhi oleh adonan roti dasarnya, yang familiar disebut crust. Hampir 90 persen kandungan piza berupa adonan crust. Kandungan topping di atasnya bervariasi tergantung jenis. Hal tersebutlah yang menyebabkan komposisi gizi piza sangat beragam satu sama lain. Salah satu contoh kandungan gizi piza dapat dilihat pada tabel.
Tabel Komposisi Zat Gizi Piza per 100 gram
Zat gizi
Kadar
Zat gizi
Kadar
Energi (kkal)
255
Vitamin C (mg)
2,30
Protein (g)
14,3
Thiamin (mg)
0,19
Karbohidrat (g)
27,9
Riboflavin (mg)
0,33
Kalsium (mg)
91
Niasin (mg)
4,29
Besi (mg)
1,32
Vitamin B6 (mg)
0,08
Magnesium (mg)
12
Folat (mg)
0,033
Fosfor (mg)
106
Vitamin B12
0,0026
Kalium
215
Retinol (mg)
0,065
Natrium (mg)
376
Total Lemak (g)
9,80
Seng (mg)
0,73
Kolesterol (mg)
20
Tembaga (mg)
0,09
Lemak jenuh (g)
3,15
Mangan (mg)
0,14
Lemak tak jenuh (g)
4,42
Selenium (mg)
18,40
Lemak tak jenuh ganda (g)
1,64sumber: www.answers.com
Dari 100 gram piza akan diperoleh 255 kkal energi; 27,9 g karbohidrat; 14,3 g protein; serta 9,8 g lemak total. Komposisi lemak pads 100 gram piza terdiri dari 3,15 g lemak jenuh; 4,42 g lemak tak jenuh tunggal; serta 1,64 g lemak tak jenuh ganda. Sumber karbohidrat utama pada piza adalah tepung, sedangkan proteinnya berasal dari daging atau seafood. Sumber utama lemak pada piza adalah keju.Kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi memungkinkan piza dapat digunakan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat harian kita, selain nasi dan mi. Tambahan berbagai topping di atasnya membuat piza menjadi semakin bervariasi dengan kandungan gizi yang juga semakin beragam.Mineral yang banyak terkandung pada piza adalah kalsium, besi, magnesium, fosfor, kalium, natrlum, seng, tembaga, dan mangan.
Sementara vitamin yang cukup banyak terkandung pada pica adalah vitamin A, C, B1, B2, B6, B12, niacin, dan asam folat.Populernya piza membuat restoran piza bertebaran di penjuru kota di berbagai negara. Awalnya restoran piza (yang disebut pizzeria) hanya muncul di Italia. Perkembangan pizzeria di AS dan Kanada mulai melesat ketika pizza parlor mulai menjadi bisnis yang diperhitungkan.Saat ini, di supermarket pun piza dengan mudah dapat diperoleh, yaitu dalam bentuk beku (frozen pizza). Frozen pizza disukai karena praktis.
Cara memasaknya sangat mudah, yaltu cukup menghangatkan frozen pizza di microwave selama beberapa menit saja. Kalau tidak mau capek, kita dapat memesan piza melalui telepon, dan piza akan datang hanya dalam hitungan menit. Keju Khusus untuk VegetarianRagam piza umumnya berkisar dari pilihan bahan dan resep yang digunakan. Bahan tambahan yang biasa menjadi variasi antara lain ikan, telur, daging domba, ayam, kerang, nanas, pisang, kelapa, sawi asin, terung, dan kimchi. Penyiapan daging pun dilakukan dengan berbagai cara seperti moroccan lamb, shawarma atau chicken tikka masala tradisi India. Bumbu pelengkap pun terkadang diberikan tambahan bumbu khas daerah tertentu, misalnya bumbu kari dan sambal manis ala Thailand.Piza untuk para vegetarian pun dibuat dengan keju khusus dan variasi sayur-mayur di atasnya. Kreasi piza untuk sarapan pagi biasanya dipadukan dengan topping telur dadar (scrambled egg). Bila ingin menikmati berbagai topping yang menarik, disarankan untuk menikmati piza jenis supreme yang memiliki crust tipis dengan topping beragam dan banyak.Bagaimana dengan piza di Indonesia? Piza di Indonesia disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia. Di negara Italia, piza umumnya memiliki dasar roti yang tipis dengan saus tomat yang asam.
Di Indonesia lebih disukai piza dengan adonan roti tebal karena dapat mengenyangkan. Dengan demikian, di Indonesia piza dapat digunakan sebagai pengganti nasi untuk makan siang ataupun makan malam. Untuk saus pelengkapnya, umumnya digunakan saus yang lebih manis.Keunikan lainnya adalah mulai maraknya ketenaran Sicillian pizza di Indonesia, yaitu piza segi empat dengan porsi cukup besar. Topping piza ini pun bermacam-macam, tetapi biasanya terdiri dari berbagai jenis daging yang cukup mengenyangkan.Supaya Terhindar dari Efek NegatifTidak jarang orang menghindari konsumsi piza karena takut akan efek negatifnya seperti menyebabkan kegemukan, obesitas, kolesterol tinggi, atau hipertensi. Benarkah?Anggapan negatif tersebut telah mendorong Jayne G. Hurley, seorang pakar gizi dari Center for Science in the Public Interest (CSPI) di Amerika Serikat melakukan penelitian tentang efek piza terhadap kesehatan. Sebanyak 15 jenis piza dari 36 toko yang ada di kota Washington, Chicago, dan Los Angeles, dipilih sebagai contoh.Dari hasil penelitian Jayne diketahui bahwa setiap porsi piza dengan keju tawar mengandung 600 kkal energi dan 25 gram lemak.
Di dalam lemak tersebut terkandung 10 gram lemak jenuh.Jumlah total lemak tersebut mencukupi setengah dari kebutuhan lemak per hari. Jenis piza dengan topping daging mengandung 420 kkal energi dan 21 gram lemak. Jenis piza dengan keju di dalam crust mengandung energi lebih dari 800 kkal.Bagaimana cara kita menyiasati konsumsi piza tanpa khawatir akan dampaknya terhadap kesehatan? CSPI telah memberikan beberapa tip, antara lain:(1) usahakan untuk memilih piza dengan topping beragam sayur dan mengandung keju seminimal mungkin, (2) imbangi konsumsi piza dengan menu sehat lainnya seperti salad ataupun sup.Kita tidak perlu menjadi antipati terhadap piza karena tim peneliti di University of Maryland, AS, telah menemukan resep membuat piza yang lebih menyehatkan. Tim peneliti yang dipimpin oleh Jeffrey Moore melakukan penelitian dengan memasak dua macam adonan piza. Yang membedakan kedua jenis piza ini adalah jenis tepung gandum dan lama waktu pemanggangan. Variasi lama waktu berkisar antara 7-14 menit. Pemanggangan kedua piza berlangsung pada suhu sekitar 204-285 derajat Celsius.Dari hasil penelitian Moore terbukti bahwa kadar antioksidan dari adonan piza akan meningkat sebesar 60 persen bila dimasak lebih lama. Peningkatan sebesar 82 persen terjadi apabila piza dimasak pada suhu yang lebih tinggi.
Umumnya adonan piza mengalami proses fermentasi sekitar 18 jam. Peningkatan waktu fermentasi adonan hingga 48 jam ternyata dapat meningkatkan kandungan antioksidan pada piza. Semakin lama waktu fermentasi, proses reaksi kimia oleh khamir pada adonan tepung berlangsung lebih sempurna, sehingga antioksidan yang dihasilkan lebih maksimal.Antioksidan sesungguhnya adalah suatu bahan kimia yang dapat melindungi sel serta jaringan tubuh terhadap kerusakan, khususnya akibat proses oksidasi tak terkendali dari serangan radikal bebas. Proses oksidasi berlebih dan tak terkendali biasanya membuat sel dapat bermutasi dan dikenal dengan sebutan sel kanker. Sel kanker ini bersifat liar dan dapat memakan sel-sel sehat lainnya, sehingga tubuh kita kehilangan sel penyusun jaringan yang sehat. Tentu saja dampak jangka panjangnya adalah penyusutan kesehatan tubuh.Peran antioksidan sangatlah diperlukan untuk menjaga agar sel tubuh kita tetap prima dan terlindungi dari kerusakan. Kita juga dapat mengonsumsi antioksidan dari bahan-bahan alarm seperti asam askorbat (vitamin C) yang terkandung dalam buah-buahan seperti jeruk, bluberi, dan stroberi.Konsumsi suplemen vitamin C pun cukup membantu.
Antioksidan memegang peran penting dalam menurunkan risiko terkena penyakit berat seperti penyakit jantung dan kanker. Jacqui Lowdon, seorang ahli gizi dari Asosiasi Dietetik Inggris, menganjurkan untuk mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran setiap harinya agar kita mendapatkan antioksidan yang setara untuk mengimbangi kandungan lemak yang cukup tinggi dalam piza. Oleh:Prof. DR. Made AstawanAhli Teknologi Pangan dan Gizi
Sumber: Senior