{[['']]}
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa rumah di lingkungan perumahan KPR-BTN pada umumnya memerlukan pengembangan ruangan agar sesuai kebutuhan. Dalam melakukan pengembangan ruangan, para pemilik rumah KPR-BTN dengan berbagai ragam dan cara. Ada yanng merenovasi seperlunya, ada yang merenovasi total dan membuang bangunan lama. Hal tersebut tentunya sesuai dengan tingkat kemampuan budget dan tingkat sosial ekonomi, dimana masyarakat pemilik rumah KPR-BTN adalah masarakat kelas menengah ke bawah yang proporsinya lebih banyak kelas menengahnya ketimbang kelas bawah.
Jika Anda salah seorang pemilik rumah di lingkungan KPR BTN dan tinggal di sana, maka Anda akan mengetahui kebiasaan para pemilik rumah dalam rangka melaksanakan pekerjaan renovasi/membangun kembali rumah-rumah mereka. Kebiasaan dan cara pelaksanaanya biasanya dengan cara sistim kerja harian, sistim borong tenaga, dan sistim borong tenaga da upah.
1. Kerja Harian
Sistim kerja harian adalah dengan menyuruh langsung pekerja bangunan mulai tukang dan kernet, dengan memberikan upah langsung kepada mereka dengan tarif tertentu dan dibayarkan biasanya pada akhir pekan. Tenaga-tenaga yang direkrut biasanya mengambil pekerja dari kampung halamannya, atau mengambil pekerja orang-orang yang sudah biasa bekerja bangunan di lingkungan perumahan tersebut. Untuk mengetahui kualitas kerja mereka biasanya dari mulut ke mulut. Sistim seperti ini relatif lebih baik, sebab pekerja yang dipilih berdasarkan pengalamaan tetangga yang sudah membangun. Dan biayanya pun relatif lebih hemat dibandingkan dengn sistim borongan. Dari sisi bahan bangunan, pemilik rumahlah yang menentukan. Kelemahannya, jika pemilik rumah kurang memahami dan mengerti kualitas bangunan maka sekalipun para pekerja melakukan kesalahan dalam meramu bahan-bahan yang vital seperti campuran adukan, maka pemilik rumah tidak akan mengetahui. Sebaiknya dalam melakukan sistim kerja harian harus ada orang ahli minimum tamatan STM bangunan yang sudah memiliki pengalaman dalam mengerjakan bangunan.
2. Borongan Tenaga
Sistem borongan tenaga adalah dengan membayar sejumlah biaya tertentu pada waktu yang ditentukan kepada seseorang yang biasa mengerjakan pekerjaan bangunan dengan sistim boorong upah. Cara merekrutnya hampir sama dengan cara di atas dengan berdasarkan pengalaman tetangga. Bahan tetap pemilik rumah yang menentukan, tetapi pengaturan tenaga kerja berada di tangan mandor borong. Apabila lancar, cara seperti ini pelaksanaanny lebih cepat, sebab mandor borong akan memacu para pekerjanya berdasarkan target. Hasilnya bisa rapi dan bisa tidak, tergantung dari pemilik rumah apakah mengetahui atau tidak pekerjaan yang baik. Kelemahan lain yang paling fatal cara seperti ini adalah, jika mereka meninggalkn pekerjaan sebelum selesai padahal uang yang mereka terima sudah lebih dari nilai pekerjaan yang baru dilaksanakan. Biasanya secuil kertaspun tidak ada perjanjian kesepakatan yang menjamin kedua belah pihak, jadi kalau ada masalah hanya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Agar cara seperti ini berjalan dengan baik, harus ada perjanjian, dan untuk pengawasan harus ada seorang ahli seperti pada point 1.
3. Borongan Tenaga dan Bahan
Borongan bahan dan upah adalah borongan total terima jadi. Cara perekrutan sama seperti di atas melalui pengalaman tetangga. Pelaksanaannyapun hampir sama tanpa ada secuil kertas yang menjamin kedua belah pihak. Parahnya lagi yang punya rumah tidak mengetahui spesifikasi yang akan dikerjakan oleh si mandor borong tersebut. Patokannya biasanya seperti rumah si A.. cukup dengan begitu. Soal kualitas, jika pemilik rumah paham bangunan, ya lumayan walaupun pemilik rumah jarang tinggal di rumah karena harus ke kantor, sehinnga apa yang dilakukan si mandor borong jelas tidak tahu. Material bangunan tertentu bisa dimainkan sampai titik terendah, misalnya adukan pasangan atau adukan beton, tulangan beton, dll. Cara ini akan sangat fatal merugikan pemilik rumah jika tidak diawasi secara ketat. Yang menjadi permasalahan cara seperti ini tidak ada dokumen kerja yang menyatakan seperti apa spesifikasi bangunan yang akan dikerjakan si mandor borong. Anda harus hati-hati dengan cara seperti ini.
Dari ketiga cara pelaksanaan pekerjaan renovasi rumah di atas, saya lebih cenderung memilih nomor satu (1), sebab kemungkinan resiko kerugian akan lebih sedikit. Cara nomor 1 agar efektif, hanya tinggal menugaskan seorang pelaksana bangunan yang sudah berpengalaman minimum lulusan STM bangunan.
Pelaksanaan pekerjaan bangunan yang paling baik adalah dengan menggunakan kontraktor pelaksana konstruksi yang berpengalaman yang proses perekrutannya menggunakan sistem pengadaan jasa konstruksi dengan kelengkapan dokumen yang lengkap yang aman dari sisi kualitas dan terjamin secara hukum. Tapi untuk menggunakan kontraktor, tentunya harus bangunan yang nilainya 200 jutaan ke atas.
Itulah ragam kebiasaan orang dalam melaksanakan pekerjaan bangunan rumah tinggal, khususnya di lingkungan perumahan kpr-btn. Hal ini saya angkat dengan harapan Anda yang belum mengalaminya harus hati-hati apabila suatu saat akan melakukan cara-cara tersebut di atas. Kuncinya harus ada pengawas lapangan, dan harus ada perjanian hitam di atas putih, itu saja.
Jika Anda salah seorang pemilik rumah di lingkungan KPR BTN dan tinggal di sana, maka Anda akan mengetahui kebiasaan para pemilik rumah dalam rangka melaksanakan pekerjaan renovasi/membangun kembali rumah-rumah mereka. Kebiasaan dan cara pelaksanaanya biasanya dengan cara sistim kerja harian, sistim borong tenaga, dan sistim borong tenaga da upah.
1. Kerja Harian
Sistim kerja harian adalah dengan menyuruh langsung pekerja bangunan mulai tukang dan kernet, dengan memberikan upah langsung kepada mereka dengan tarif tertentu dan dibayarkan biasanya pada akhir pekan. Tenaga-tenaga yang direkrut biasanya mengambil pekerja dari kampung halamannya, atau mengambil pekerja orang-orang yang sudah biasa bekerja bangunan di lingkungan perumahan tersebut. Untuk mengetahui kualitas kerja mereka biasanya dari mulut ke mulut. Sistim seperti ini relatif lebih baik, sebab pekerja yang dipilih berdasarkan pengalamaan tetangga yang sudah membangun. Dan biayanya pun relatif lebih hemat dibandingkan dengn sistim borongan. Dari sisi bahan bangunan, pemilik rumahlah yang menentukan. Kelemahannya, jika pemilik rumah kurang memahami dan mengerti kualitas bangunan maka sekalipun para pekerja melakukan kesalahan dalam meramu bahan-bahan yang vital seperti campuran adukan, maka pemilik rumah tidak akan mengetahui. Sebaiknya dalam melakukan sistim kerja harian harus ada orang ahli minimum tamatan STM bangunan yang sudah memiliki pengalaman dalam mengerjakan bangunan.
2. Borongan Tenaga
Sistem borongan tenaga adalah dengan membayar sejumlah biaya tertentu pada waktu yang ditentukan kepada seseorang yang biasa mengerjakan pekerjaan bangunan dengan sistim boorong upah. Cara merekrutnya hampir sama dengan cara di atas dengan berdasarkan pengalaman tetangga. Bahan tetap pemilik rumah yang menentukan, tetapi pengaturan tenaga kerja berada di tangan mandor borong. Apabila lancar, cara seperti ini pelaksanaanny lebih cepat, sebab mandor borong akan memacu para pekerjanya berdasarkan target. Hasilnya bisa rapi dan bisa tidak, tergantung dari pemilik rumah apakah mengetahui atau tidak pekerjaan yang baik. Kelemahan lain yang paling fatal cara seperti ini adalah, jika mereka meninggalkn pekerjaan sebelum selesai padahal uang yang mereka terima sudah lebih dari nilai pekerjaan yang baru dilaksanakan. Biasanya secuil kertaspun tidak ada perjanjian kesepakatan yang menjamin kedua belah pihak, jadi kalau ada masalah hanya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Agar cara seperti ini berjalan dengan baik, harus ada perjanjian, dan untuk pengawasan harus ada seorang ahli seperti pada point 1.
3. Borongan Tenaga dan Bahan
Borongan bahan dan upah adalah borongan total terima jadi. Cara perekrutan sama seperti di atas melalui pengalaman tetangga. Pelaksanaannyapun hampir sama tanpa ada secuil kertas yang menjamin kedua belah pihak. Parahnya lagi yang punya rumah tidak mengetahui spesifikasi yang akan dikerjakan oleh si mandor borong tersebut. Patokannya biasanya seperti rumah si A.. cukup dengan begitu. Soal kualitas, jika pemilik rumah paham bangunan, ya lumayan walaupun pemilik rumah jarang tinggal di rumah karena harus ke kantor, sehinnga apa yang dilakukan si mandor borong jelas tidak tahu. Material bangunan tertentu bisa dimainkan sampai titik terendah, misalnya adukan pasangan atau adukan beton, tulangan beton, dll. Cara ini akan sangat fatal merugikan pemilik rumah jika tidak diawasi secara ketat. Yang menjadi permasalahan cara seperti ini tidak ada dokumen kerja yang menyatakan seperti apa spesifikasi bangunan yang akan dikerjakan si mandor borong. Anda harus hati-hati dengan cara seperti ini.
Dari ketiga cara pelaksanaan pekerjaan renovasi rumah di atas, saya lebih cenderung memilih nomor satu (1), sebab kemungkinan resiko kerugian akan lebih sedikit. Cara nomor 1 agar efektif, hanya tinggal menugaskan seorang pelaksana bangunan yang sudah berpengalaman minimum lulusan STM bangunan.
Pelaksanaan pekerjaan bangunan yang paling baik adalah dengan menggunakan kontraktor pelaksana konstruksi yang berpengalaman yang proses perekrutannya menggunakan sistem pengadaan jasa konstruksi dengan kelengkapan dokumen yang lengkap yang aman dari sisi kualitas dan terjamin secara hukum. Tapi untuk menggunakan kontraktor, tentunya harus bangunan yang nilainya 200 jutaan ke atas.
Itulah ragam kebiasaan orang dalam melaksanakan pekerjaan bangunan rumah tinggal, khususnya di lingkungan perumahan kpr-btn. Hal ini saya angkat dengan harapan Anda yang belum mengalaminya harus hati-hati apabila suatu saat akan melakukan cara-cara tersebut di atas. Kuncinya harus ada pengawas lapangan, dan harus ada perjanian hitam di atas putih, itu saja.