{[['']]}
Seperti yang dimuat International Journal of Epidemiology, para ahli mengimbau para wanita untuk menyadari risiko kehamilan yang terlalu lama.
Penelitian yang dilakukan di Belanda menunjukkan, banyak wanita yang tidak melakukan induksi walau masa kehamilannya telah lebih dari 42 minggu. Dalam penelitian tersebut terungkap, lebih dari 5.000 bayi yang lahir setelah 42 minggu memiliki masalah perilaku dan dua kali lebih besar risikonya terkena ADHD.
Ketua peneliti Dr. Hanan El Marroun dari Department of Child and Adolescent Psychiatry di Erasmus MC-Sophia, Rotterdam mengatakan kehamilan yang terlalu lama atau bahkan terlalu cepat dapat menimbulkan masalah kesehatan jangka panjang. ”Setiap wanita hamil tahu, bayi prematur tidak baik, lalu mengapa kita tidak mempertanyakan jika seorang anak lahir terlalu lama?” katanya kepada BBC News.
Di Inggris, terdapat prosedur yang mengharuskan wanita hamil diinduksi jika masa kehamilannya telah memasuki usia 41 atau 42 minggu. Selain itu, para ibu juga diingatkan tentang kemungkinan komplikasi jika mereka memperpanjang kehamilannya. Komplikasi yang dimaksud adalah kematian saat lahir dan kesulitan dalam pertumbuhan. Namun, sebagian kecil wanita percaya bahwa bayi akan lahir dengan sendirinya tanpa diberikan intervensi medis (induksi).
Dr. Virginia Beckett seorang konsultan kebidanan dan juga ginekologi sekaligus juru bicara Royal College of Obstetricians dan Gynaecologists mengatakan, “Di Inggris, biasa jika wanita mempertahankan kehamilan mereka walaupun melebihi 42 minggu. Beberapa ibu akan memilih melewati 42 minggu dan saran kami hal tersebut dapat meningkatkan risiko kematian saat bayi lahir dan komplikasi lain.”