{[['']]}
Menurut penelitian, buah Apel mengandung antioksidan yang dapat meningkatkan kadar acetylcholine, neurotransmitter yang penting untuk ingatan yang cenderung menurun sejalan dengan pertambahan usia. Apel juga mengandung quercetin, sejenis flavonoid yang melindungi sel-sel otak dari kerusakan radikal bebas.
Dalam penelitian lain disebutkan kulit apel juga mempunyai banyak khasiat. Dalam sebuah uji coba lab, lebih dari 12 zat kimia di dalam kulit apel menghambat pertumbuhan sel-sel kanker payudara, liver, dan colon(kanker usus besar).
Kalium dan stroke
Kandungan zat gizi yang menonjol pada apel adalah kalium, khususnya pada apel merah, serta pektin dan selulosa. Kalium merupakan mineral yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat gizi ke sel-sel, mengendalikan keseimbangan cairan dalam jaringan dan sel tubuh, serta membantu mengatur tekanan darah.
Penelitian yang dilakukan oleh pakar dari Universitas California di San Diego, Amerika Serikat, menunjukkan, satu porsi buah yang banyak mengandung kalium dalam sehari, mampu menurunkan risiko terkena stroke (serangan otak) hingga 40%.
Riset tersebut diterapkan pada sekira 800 pria dan wanita yang berumur 50 tahun keatas, yaitu usia risiko tinggi untuk terkena serangan otak. Ternyata, konsumsi kalium konsentrasi tinggi lewat makanan bisa mengurangi tekanan darah, sehingga peluang terjadinya stroke menurun.
Apel terutama yang berwarna merah, tergolong memiliki kandungan kalium cukup tinggi kalium. Setiap 100 gram bagian apel merah yang dapat dimakan terdapat kandungan sekira 203 mg kalium.
Memang masih lebih rendah bila dibandingkan dengan kalium yang ada di dalam pisang (435 mg), alpukat (278 mg), duku (232 mg) dan pepaya (221 mg). Akan tetapi masih lebih tinggi dibandingkan kandungan kalium pada sawo manila (181 mg), jeruk (162 mg), belimbing (130 mg), nenas (125 mg) dan anggur (111 mg). Karenanya, apel dianggap salah satu buah yang potensial dalam menurunkan risiko serangan otak.
Dietary fiber
Apel mengandung serat dalam jumlah banyak. Selulosa, adalah serat yang tidak larut (dalam air) yang berada pada kulit apel. Sedangkan, pektin adalah tipe serat larut yang banyak dijumpai pada daging buah apel.
Serat tak larut, khususnya selulosa selain beberapa hemiselulosa dan lignin, dapat mempercepat perjalanan sisa makanan melintasi saluran percerna. Sementara serat larut dapat menimbulkan efek sebaliknya, memperlambat 'lalu lintas' sisa makanan.
Kedua bentuk serat ini sebenarnya sama-sama memunyai kekuatan mencuci perut. Kedua jenis serat dapat menyerap air dan membuat tinja lebih besar. Maka, jangan heran jika penderita konstipasi (sulit buang air besar), konsumsi apel utuh alias beserta kulitnya sangat dianjurkan.
Serat larut, yaitu pektin dan gum, membentuk gel dalam usus. Akibatnya, waktu yang dibutuhkan sisa makanan untuk bergerak dari mulut anus jadi lebih lama. Hal ini membuat orang yang bersangkutan akan merasa kenyang lebih lama. Itu sebabnya, bagi yang sedang menjalani program melangsingkan tubuh, apel dapat dijadikan sebagai penggati makanan energi, seperti kue yang berlemak atau manis.
Selain itu, serat larut mampu mengikat berbagai zat, termasuk kolesterol, dan mengurangi penyerapannya dari saluran usus. Bentuk serat ini dapat menurunkan tingkat kolesterol darah.
Hasil penelitian memperlihatkan, pektin apel dapat mengurangi kandungan kolesterol LDL sebanyak 10%. Kolesterol LDL merupakan penyebab penyakit jantung dan stroke. Selain menurunkan LDL, apel tidak mengurangi kolesterol HDL atau kolesterol 'baik'. Sehingga apel diperkirakan mampu memperkecil risiko penyakit jantung hingga 20%.
Serat larut pun ternyata mampu memperlambat masuknya glukosa dari pencernaan karbohidrat ke aliran darah. Hal ini sangat bermanfaat untuk mengontrol penyakit kencing manisKulit Apel Mengekang Sel Kanker
Beberapa waktu lalu peneliti dari Universitas Cambridge, Amerika Serikat, mendapati, bahwa makan kulit buah apel dapat membantu mencegah penyakit kanker.
Peneliti mengadakan penelitian dan menganalisa sejumlah kulit buah apel merah, dan hasilnya ditemukan 12 jenis senyawa Mixed Triterpene System, diantaranya terdapat 3 jenis adalah hasil temuan baru. Mereka memisahkan setiap jenis senyawa mixed triterpene, kemudian secara terpisah menggunakan mereka (senyawa mixed triterpene) melawan sel kanker. Dan hasilnya ditemukan, setiap jenis senyawa mixed triterpene dapat berperan efektif mengekang pertumbuhan atau membunuh sel kanker, namun hasil pengekangannya tidak sama terhadap sel kanker yang berbeda.
Peneliti terkait menuturkan, dari pusat penelitian tikus percobaan dapat diketahui, bahwa kulit apel mengandung multi materi yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, di antaranya termasuk sel kanker hati, sel kanker usus besar dan sel kanker payudara. Mengonsumsi buah apel dapat membantu mencegah penyakit, namun sebenarnya yang menghasilkan efek yang sesungguhnya adalah kulit apel, khususnya senyawa triterpene system yang banyak terkandung dalam kulit buah apel.